Bali, setiap orang memimpikan bisa menghabiskan waktu liburan di pulau ini. Sebagai tolak ukur bagi kemajuan bisnis pariwisata Indonesia dengan potensi alam yang dimiliki dan di bantu dengan keramahan warga lokal menjadi nilai penting suatu kemajuan tempat tujuan wisata. Mungkin banyak orang Indonesia masih beranggapan jika
biaya liburan ke Bali mahal, tetapi kita bisa menghemat biaya terutama untuk tiket pesawat, penginapan, makan dan transportasi selama liburan. Meskipun ntuk tiket pesawat mungkin kita tidak bisa banyak menghemat karena harga dasar dari tiket sudah di tetapkan oleh perusahaan maskapai penerbangan. Kita masih bisa menghemat untuk biaya penginapan dengan cara memilih hotel atau homestay dengan harga murah. Dan untuk makan kita memilih warung makan bukan restaurant, untuk transportasi selama liburan bisa menyewa motor sehingga lebih murah di bandingkan harus menyewa mobil atau ikut paket tur.
Karena
ini merupakan perjalanan perdana ke Bali sehingga saya sangat antusias untuk mempersiapkan
semuanya terutama permohonan izin cuti
dari kantor. Sehingga yang pertama saya pikirkan adalah mencari hari libur
nasional yang terjepit supaya bisa ambil cuti untuk berapa hari meninggalkan
pekerjaan tetapi mendapat hari libur yang maksimal. Persiapan kedua adalah rajin
berselancar di internet mencari info harga tiket penerbangan yang sedang promo di
tanggal tersebut. Dan yang terakhir mencari hotel yang sesuai isi kantong dan
dekat dengan obyek wisata yang ingin kita jelajahi.
Dengan
persiapan yang sudah terencana, berharap liburan akan sesuai dengan yang di angan-angan apalagi liburan bertiga dengan teman.
Meskipun begitu ada satu kesamaan dari kami yaitu menyukai pantai yang masih alami dan
sepi dari pengunjung sehingga bisa bebas menikmati keindahan pantai. Kami memilih menginap di www.suriwathi.com yang berlokasi di Legian.
Penerbangan dari Jakarta ke Denpasar memerlukan waktu sekitar 1,5 jam. Selisih waktu jam di Bali dengan
Jakarta adalah satu jam lebih cepat. Karena hotel tempat menginap kami menyediakan jasa antar jemput dari bandara ke hotel sehingga kami tidak begitu repot untuk mencari transportasi menuju hotel.
Setelah
sampai di hotel dan menyimpan koper di hotel, kami tidak langsung istirahat tetapi memulai
perjalanan keliling Legian dan Kuta dengan jalan kaki di bawah terik matahari
Bali. Itulah kegilaan pertama di liburan ini tanpa ada rasa lelah meskipun baru
tiba. Setelah merasa lelah keliling dengan jalan kaki karena belum sempat sewa
sepeda motor kami pun langsung kembali ke hotel dan rileksasi dengan cara berenang
terlebih dahulu sebelum mandi. Sebenarnya jalanan di Legian dan Kuta di waktu
siang hari itu tidak begitu ramai tetapi jika sore banyak sekali kendaraan
yang lewat dan wisatawan lokal maupun mancanegara yang sekedar berjalan-jalan
untuk menikmati suasana sore di pinggir pantai sambil melihat dan mengabadikan matahari terbenam.
Menikmati
suasana malam di Bali sungguh berbeda karena yang kita temui hanyalah wisatawan
mancanegara sehingga kami merasa berada di Negara orang. Mungkin itulah yang
membuat Bali itu berbeda dengan kota lain yang menjadi ikon wisata dan memiliki
keindahan pantai yang sama. Sebelum menikmati malam di Bali terlebih dahulu kami
mengisi perut di warung Padang dekat hotel, ternyata warung Padang itu tersebar
di seluruh Indonesia. Dan harganya juga tidak jauh berbeda dengan dengan harga
Jakarta, selama 6 hari di Bali kami hanya makan di warung Padang atau makanan
cepat saji.
Hari
kedua di Bali kami lewati dengan menikmati pantai Geger yang berada di daerah
Nusa Dua. Dengan menyewa sepeda motor kami bertiga menuju Nusa dua, ternyata
dengan adanya penyewaan sepeda motor di Bali sangat memudahkan wisatawan untuk
menjelajahi Bali karena sekarang banyak jalanan kota yang macet seperti di
Jakarta meskipun tidak separah Ibu Kota. Perjalanan untuk menuju pantai geger
memiliki cerita tersendiri karena sering kami jumpai penduduk lokal dengan
rutinitasnya. Ketika kami ke pantai geger ternyata sedang dimulai pengerjaan
pembangunan The Mulia Hotel sehingga jalanan yang kami lewati berdebu. Setelah beberapa
kali salah jalan akhirnya sampai juga di pantai geger. Di pantai geger kami
tidak langsung bisa menikmati keindahan pantai karena untuk menuju pantai geger
harus menuruni anak tangga sehingga kami bisa menikmati pantai dari atas
terlebih dahulu dan sesekali kami melihat kera yang bergelantungan di pohon.
Di
pantai geger ini kami juga bisa melihat hewan onta yang disewakan dan terlihat
juga ada orang yang sedang melakukan foto pre wedding. Dengan pasir pantai
seperti merica membuat nyaman untuk tiduran diatasnya meskipun panas matahari
yang tentunya bisa membakar kulit kami. Ada juga jasa pijat dan kamar mandi
untuk bilas yang disediakan oleh penduduk lokal sehingga pengunjung tidak segan
untuk bermain di pantai. Karena perjalanan dari Nusa Dua ke Legian lumayan
memakan waktu sehingga kami tidak sampai melihat matahari terbenam di pantai geger.
Dan
yang lebih berwarna dari liburan kami adalah melihat langsung acara selamatan
di hotel tempat kami menginap yang pada saat itu sedang melaksanakan upacara
pemindahan tempat ibadah yang berada di area hotel. Sehingga kami bisa
mengetahui tata cara selamatan yang dilakukan warga Bali. Di hotel tempat kami
juga banyak kebiasaan yang belum pernah di jumpai di Jakarta, seperti yang kami
amati. Karena sedang ada pembangunan dalam rangka panambahan kamar huni tetapi yang kami lihat bukannya
pekerja pria tetapi banyak pekerja wanita yang sedang melakukan pekerjaan kasar
yang biasa di lakukan oleh pria sebagai buruh bangunan. Tanpa rasa lelah mereka
melakukan pekerjaan kasar tersebut. Mungkin itu adalah sebagian dari tradisi
mereka jadi sehingga jika kita melihat pekerja bangunan wanita di Bali tidaklah
heran.
Setiap
melakukan perjalanan pasti kita akan menemukan teman baru yang dapat menambah
keseruan begitu juga di hari ketiga liburan kami. Disaat jalan-jalan di Legian
kami berkenalan dengan temen baru kami yaitu dua orang gadis. Yang ternyata
mereka masih duduk di bangku SMA dan sedang menikmati liburan mendadak untuk menghadiri acara keluarga di daerah Ubud.
Ubud,
mungkin bagi sebagian orang sudah mengenalnya setelah menjadi salah satu tempat
untuk syuting film Hollywood yang di bintangi oleh Julia Roberts yaitu Eat Pray
and Love. Tetapi sebelum ke Ubud kami sempatkan untuk Shalat Jumat terlebih
dahulu di Kuta. Perjalanan ke Ubud dari Legian menggunakan sepeda motor
membutuhkan waktu kurang lebih dua jam, karena ini perjalanan pertama ke Ubud
sehingga kami belum tahu jalan. Tetapi itulah indahnya dari suatu perjalanan
tanpa harus tahu jalan sebelumnya sehingga kita bisa berkomunikasi dengan
penduduk lokal dan belajar bahasanya. Jika melakukan perjalanan ke Ubud kita
juga bisa sekalian mengunjungi Istana Tampak Siring dan jika bertepatan dengan malam
bulan purnama kita bisa menjumpai warga yang pergi ke mata air Tampak Siring untuk
melakukan mandi suci. Sehingga kita bisa mengetahui kebudayaan dan kebiasaan
masyarakat Ubud secara langsung. Karena jaraknya yang jauh dan susahnya
transportasi umum sehingga ada beberapa warga Ubud yang belum pernah ke Kuta. Mungkin
itulah cerminan pariwisata di Indonesia belum tentu kota yang pariwisatanya
maju warga lokalnya bisa menikmati kemajuan tersebut. Selain Istana Tampak Siring kita juga
menjumpai Museum Soekarno yang di bangun untuk menyimpan benda-benda
peninggalan presiden pertama Republik Indonesia yang sebelumnya di simpan di
Istana karena adanya Bom Bali 1 dan 2 sehingga jika kita ingin masuk ke Istana
tidak mudah dan diharuskan booking terlebih dahulu.
Melakukan
perjalanan ke Ubud dengan sepeda motor seharusnya kita mengetahui perbedaan
suhu terlebih dahulu antara ubud dengan Kuta atau daerah yang dekat dengan
pantai, sehingga tidak terjadi salah kostum seperti kami yang hanya menggunkan
kaos tanpa lengan yang mengakibatkan masuk angin. Perjalanan ke Ubud sungguh
indah dengan tersajinya pemandangan terasiring sawah seperti lukisan alam yang
mengagumkan, memang tidaklah salah jika UNESCO menetapkan sebagai keajaiban
dunia. Dan hari ketiga kami di habiskan seharian untuk menikmati sejuknya alam Ubud. Meski pas
pulang ke hotel kami ada masalah sedikit dengan Polisi Bali sehingga kena
tilang karena tidak lihat lampu merah, pelajaran yang dapat di petik adalah
kita harus taat berlalu lintas dimanapun berada.
Melihat
tari kecak atau tari pendet di GWK adalah agenda hari keempat kami. Perjalanan
menuju ke GWK sangat mudah karena kita melewati Universitas Udayana dan adanya
penunjuk jalan yang jelas tidak seperti ketika kami pergi ke pantai geger. Dengan
membayar Rp 30.000,- sebagai biaya tiket masuk GWK kita bisa keliling di area
wisata GWK. Sebenarnya pembangunan GWK itu sendiri belumlah selesai keseluruhannya
dan di depan pintu masuk terlihat ada bangunan yang terbengkelai. Selain tari
Pedet dan Kecak kita bisa melihat patung yang tersebar di area GWK dan melihat
Bali dari ketinggian.
Setelah puas melihat patung dan berfoto-foto kami pulang
di lanjutkan ke Djoger terlebih dahulu. Djoger adalah merek dagang kaos khas
bali dengan kata – kata yang unik. Karena Djoger adalah kaos khas Bali sehingga
ketika kami datang sudah ramai oleh pembeli yang kebanyakan wisatawan tour grup
dari dalam negeri.
Menikmati
keindahan alam Bali disaat surya tenggelam di ufuk barat adalah sebagian kecil dari kebahagiaan
tanpa sebab. Tetapi sebelum menikmatinya kami berburu oleh-oleh terlebih dahulu
disekitar Kuta dan Legian. Di sepanjang jalanan yang kita lewati banyak sekali
pedagang yang menjajakan souvenir khas Bali seperti topeng leak, kain Bali,
perhiasan dan masih banyak lagi jenis oleh-oleh yang di perjual belikan.
Setelah lelah berbelanja dan waktu hampir mendekati Magrib kami pun segera
pulang dan mandi setelah itu di lanjutkan ke pantai Legian. Karena untuk mencapai
pantai Legian dari hotel Suriwathi hanya membutuhkan waktu kurang lebih 5 menit
dengan jalan kaki sehingga kami memilih menikmati senja dan sunset di pantai Legian
sambil melihat wisatwan yang sedang bermain selancar.
Ada ketenangan ketika menikmati
senja di tepi pantai dan mengabadikan surya menuju ke peraduan dan di iringi
musik Jazz sungguh menakjubkan karunia Tuhan. Setelah puas dan hari sudah mulai
gelap kami pun pulang ke hotel supaya bisa tidur lebih cepat karena besok adalah
hari terakhir di bali. Karena dua orang temen baru kami minta ketemuan, maka di
putuskan untuk ketemuan di pantai Legian
untuk menikmati malam di tepi pantai. Akhirnya kita bertemu dengan mereka dengan
di temani suara deburan ombak yang bergemuruh membuat kami menikmati malam
terakhir di tepi pantai penuh kedamaian. Setelah larut malam kami pun mengantar
mereka pulang ke Hotel, karena hari kepulangan ke Jakarta di hari yang sama
sehingga kita janjian untuk pergi ke bandara bersama. Hari kelima di lalui
dengan beli oleh-oleh dan menikmati senja di pantai Legian.
Hari
terakhir kami di Bali hanya di habiskan dengan packing semua barang yang
berserakan di kamar supaya tidak ada satupun yang tertinggal. Setelah packing
selesai dan check out dari hotel, kami tidak langsung ke bandara tetapi jemput
teman baru kami di hotel mereka. Dalam perjalanan ke bandara kami mampir
terlebih dahulu ke Toko Krisna. Toko Krisna merupakan pusat oleh-oleh yang
terkenal di Bali karena barang-barang yang dijual beragam dan dengan harga yang
terjangkau pula apalagi berlokasi dekat dengan bandara sehingga memudahkan
wisatawan untuk menjangkaunya. Setelah selesai belanja perjalanan di lanjutkan
menuju bandara. Karena penerbangan kami ada perubahan jam sehingga harus ke
bandara lebih awal untuk konfirmasi. Sebenarnya jika kita menunggu di bandara
waktu seperti berjalan dengan cepatnya.
Berakhirlah
sudah liburan di Bali setelah pesawat yang kami naiki terbang menembus
kegelapan malam menuju Jakarta. Suatu hari nanti saya masih ingin menjelajahi
Bali yang belum sempat di explore keindahannya seperti Desa Tenganan yang
merupakan desa adat yang masih ada dari dulu. Liburan yang mengesankan dengan pengalaman
dan temen baru yang sampai sekarang kami masih berkomunikasi dengan baik. Menyempatkan
waktu untuk liburan kita akan lebih banyak mengetahui kehidupan sosial masyarak
daerah lain ataupun Negara lain dan keindahan alamnya serta bersyukur atas apa
yang dimiliki selama ini. Selamat Berlibur….
lebih irit lagi klo gratisan semuanya.. haha...
ReplyDeletehahaha, bener banget tuh liburan gratisan.
Delete